LATAR BELAKANG
Dunia telekomunikasi di Indonesia
bertambah marak dengan hadirnya beberapa operator berbasis CDMA (Code Division Multiple Access). Pilihan
konsumen untuk mendapatkan alternatif layanan telekomunikasi semakin beragam
tidak hanya seluler GSM atau PSTN yang lebih dulu dikenal. Meski belum sebanyak
GSM, pelanggan CDMA di Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh mengikuti
trend jumlah pelanggan CDMA global yang telah mencapai 212,5 juta pelanggan.
Hal ini karena CDMA menawarkan konsep layanan komunikasi nirkabel masa depan
dengan kualitas suara jernih dan koneksi data berkecepatan tinggi.
TEORI, PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
Dunia harus berterima kasih kepada
Claude Shannon (1916 - 2001), seorang ilmuwan dari Massachusetts Institute of
Technology yang berjasa menyumbangkan ide dasar CDMA berupa teknik penyebaran
spektrum (spread spectrum). Awalnya
CDMA digunakan oleh kalangan militer karena kebal terhadap gangguan (anti jamming) dan bebas penyadapan (anti-intercept). Pada tahun 1989
Qualcomm, sebuah vendor telekomunikasi Amerika Serikat, memperkenalkan
teknologi ini untuk kepentingan sipil, tiga bulan setelah Celluler Telecommunications Industry Association (CTIA) atau
asosiasi industri telekomunikasi seluler di Amerika Serikat berusaha mencari
suatu sistem seluler baru untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pelanggan
seluler. Standar CDMA yang pertama adalah TIA/EIA IS-95 (Telecommunications Industry Association / Electronic Industries
Association Interim Standard - 95) atau lebih dikenal dengan IS-95A. Karena
dirasa masih kurang mengakomodasi layanan data maka IS-95A dikembangkan lagi
menjadi IS-95B (CDMAOne) yang mampu
melewatkan data hingga 64 kbps atau setara generasi seluler kedua (2G) pada
GSM. Teknologi CDMA semakin matang dengan dirampungkannya standar CDMA 2000-1X
pada bulan Maret 2000. Standar ini berhasil meningkatkan kapasitas suara dua
kali lipat dan mampu mentransfer data berkecepatan tinggi (144 kbps) sehingga
CDMA mulai diperhitungkan sebagai pesaing GSM yang lebih dulu mapan. Evolusi
CDMA berlanjut dengan hadirnya CDMA2000 1xEV-DO (Evolution Data Optimized) dan CDMA2000 1xEV-DV (Evolution Data
Voice). Kedua standar ini menjawab kebutuhan layanan data berkecepatan tinggi
karena sanggup melesat hingga 2,4 Mbps (EV-DO) dan bahkan 3,09 Mbps (EV-DV).
Peluang untuk menjadikan CDMA sebagai solusi teknologi nirkabel masa depan
semakin terbuka setelah International Telecommunication Union (ITU) memilih
teknologi ini sebagai platform teknologi seluler generasi ketiga (3G).
CDMA 2000-1x merupakan sistem
telekomunikasi nirkabel yang mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan
teknologi seluler lainnya. Teknologi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan
komunikasi masa depan. Selain kebal gangguan dan anti penyadapan, kualitas
suara yang dimiliknya lebih jernih serta aman bagi kesehatan karena radiasi
gelombang radio yang dipancarkan relatif lebih rendah dibandingkan GSM.Selain mempunyai
fitur-fitur standar layaknya seluler GSM, misalnya SMS, CLIP, voice mail, call forwarding, dan call waiting, CDMA
2000-1X juga memperkenalkan berbagai aplikasi lain yang diperkirakan segera
booming. Location-based services
(LBS) merupakan salah satu aplikasi pemandu posisi pengguna ponsel yang
terdapat pada CDMA2000. Dengan adanya LBS, operator bisa berinovasi untuk
menawarkan berbagai layanan menarik, misalnya informasi lalu lintas, panduan
arah jalan menuju suatu bank atau restoran terdekat dari posisi pengguna
ponsel. Aplikasi baru lainnya adalah Push-to-Talk
(PTT) berbasis IPRS (IP Radio System) yang diberi nama QChat. QChat merupakan
layanan komunikasi suara always-on
secara cepat dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya (one to one) maupun dari satu pelanggan ke beberapa lawan bicara (one to many) cukup dengan menekan tombol
PTT. CDMA2000-1x juga bisa disebut sebagai salah satu teknologi broadband wireless access (BWA) karena
sanggup melewatkan data berkecepatan tinggi. Kemampuannya mengirimkan data
puncak hingga 3,1 Mbps (EV-DV) lebih cepat dari solusi ADSL pada broadband
fixed wireline. Selain itu CDMA2000 memiliki kemampuan softer hand-off yang memungkinkan koneksi komunikasi data tetap
terjaga meskipun pengguna sedang berpindah dari satu lokasi sel ke sel lainnya.
CDMA2000 memang dirancang khusus untuk menunjang gaya hidup digital sehingga
beragam aplikasi, seperti browsing web,
m-commerce, MMS (multimedia messaging services), streaming video, games, e-mail,
bahkan solusi korporasi, berjalan dengan mulus.
Operator berbasis CDMA di Indonesia
hingga kini ada lima, yaitu Telkom (Flexi), Indosat (StarOne), Bakrie Telecom
(Esia), Mobile-8 (Fren), dan MSI/Mandara Seluler Indonesia (Neo_n). Berbekal
Keputusan Menteri Perhubungan/ KM No. 35 Tahun 2004 maka Telkom, Indosat, dan
Bakrie Telecom menggunakan teknologi CDMA ini sebagai solusi telepon tetap
tanpa kabel (fixed wireless access/FWA)
dengan mobilitas terbatas sebagai pengganti jaringan telepon tetap berbasis
kabel tembaga (fixed wireline).
Mobile-8 dan MSI lebih memilih menjadi operator seluler seperti operator GSM.
Dalam perkembangannya masyarakat ternyata tetap memandang FWA tak ubahnya
sebagai telepon seluler sehingga kompetisi telekomunikasi nirkabel di Indonesia
semakin ketat.
Tampaknya operator CDMA di Indonesia masih menggunakan jurus yang dipakai oleh operator GSM dengan memberikan porsi layanan suara lebih banyak daripada layanan content atau data. Memang hingga kini layanan suara masih mendominasi dan menjadi penyumbang utama pendapatan operator telekomunikasi. Tapi, jika operator CDMA dan content provider jeli, aplikasi-aplikasi multimedia berbasis CDMA bisa menjadi produk yang digandrungi konsumen (killer application) yang akan menjadi mesin uang baru bagi operator CDMA. Meski sekarang beberapa operator CDMA sudah mulai mencoba menggarap content, namun masih kurang inovatif dibandingkan pesaingnya dari seluler GSM. Layanan content CDMA di Indonesia cenderung meniru apa yang telah dilakukan operator GSM sehingga kurang menarik konsumen telekomunikasi.
Seiring dengan meningkatnya demand internet di Indonesia, operator CDMA perlu segera mengantisipasinya dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki teknologi ini.
Tampaknya operator CDMA di Indonesia masih menggunakan jurus yang dipakai oleh operator GSM dengan memberikan porsi layanan suara lebih banyak daripada layanan content atau data. Memang hingga kini layanan suara masih mendominasi dan menjadi penyumbang utama pendapatan operator telekomunikasi. Tapi, jika operator CDMA dan content provider jeli, aplikasi-aplikasi multimedia berbasis CDMA bisa menjadi produk yang digandrungi konsumen (killer application) yang akan menjadi mesin uang baru bagi operator CDMA. Meski sekarang beberapa operator CDMA sudah mulai mencoba menggarap content, namun masih kurang inovatif dibandingkan pesaingnya dari seluler GSM. Layanan content CDMA di Indonesia cenderung meniru apa yang telah dilakukan operator GSM sehingga kurang menarik konsumen telekomunikasi.
Seiring dengan meningkatnya demand internet di Indonesia, operator CDMA perlu segera mengantisipasinya dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki teknologi ini.
KESIMPULAN
CDMA sejatinya lebih unggul daripada
sistem seluler lain dikarenakan kemampuannya mengakomodasi layanan komunikasi
data berkecepatan tinggi. Potensi pasar mobile data yang belum banyak tergarap
bisa menjadi sumber revenue baru sehingga operator CDMA tak hanya terpaku
dengan strategi perang harga untuk menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya.
Beragam produk mobile data via CDMA bisa diluncurkan, misalnya kartu prabayar
CDMA khusus untuk akses internet dengan tarif flat. Sampai saat ini belum ada
operator CDMA di Indonesia yang mengeluarkan produk seperti ini padahal dengan
coverage BTS (Base Transceiver System)
CDMA yang begitu luas, kartu prabayar internet CDMA ini bisa mengungguli wireless fidelity (WiFi) yang
jangkauannya sangat terbatas. Konsumen lebih leluasa mengakses internet dari
mana saja karena mobilitas komunikasi datanya selalu terlayani, baik didalam (indoor) maupun diluar ruangan (outdoor), tidak seperti WiFi yang
rancangan awalnya memang hanya untuk akses internet dalam ruangan tertutup,
seperti perkantoran atau cafe. Dengan CDMA2000 kita juga tak perlu
menunggu-nunggu datangnya teknologi WiMAX (Worldwide
Interoperability for Microwave Access) –teknologi lanjutan WiFi untuk
indoor dan outdoor- yang masih butuh waktu lama untuk mencapai tahap komersialisasi.
Pemanfaatan teknologi CDMA di Indonesia juga terkendala dengan keterbatasan handset/ponsel dan gadget (piranti) komunikasi data yang benar-benar berstandar CDMA2000-1x. Ponsel CDMA yang tersedia di pasaran kebanyakan masih menggunakan teknologi IS-95 yang merupakan generasi awal CDMA. Kemampuan ponsel jenis ini masih sebatas untuk “ngomong” dan belum bisa digunakan untuk melakukan komunikasi data berkecepatan tinggi. Harga ponsel CDMA2000 “yang beneran” memang masih mahal dan belum banyak masuk pasaran Indonesia. Kalaupun ada juga tak akan bisa digunakan secara optimal karena tidak semua operator CDMA mempunyai produk berbasis multimedia, misalnya layanan video streaming. Hal yang sama terjadi untuk PDA atau gadget lain yang berbasis CDMA. Kartu PCMCIA CDMA untuk akses internet dengan notebook atau laptop hanya satu dua merek saja yang masuk Indonesia, itupun harganya belum semurah kartu PCMCIA WiFi dan keberadaannya di sentra-sentra ponsel atau komputer masih terbilang langka.
Pemanfaatan teknologi CDMA di Indonesia juga terkendala dengan keterbatasan handset/ponsel dan gadget (piranti) komunikasi data yang benar-benar berstandar CDMA2000-1x. Ponsel CDMA yang tersedia di pasaran kebanyakan masih menggunakan teknologi IS-95 yang merupakan generasi awal CDMA. Kemampuan ponsel jenis ini masih sebatas untuk “ngomong” dan belum bisa digunakan untuk melakukan komunikasi data berkecepatan tinggi. Harga ponsel CDMA2000 “yang beneran” memang masih mahal dan belum banyak masuk pasaran Indonesia. Kalaupun ada juga tak akan bisa digunakan secara optimal karena tidak semua operator CDMA mempunyai produk berbasis multimedia, misalnya layanan video streaming. Hal yang sama terjadi untuk PDA atau gadget lain yang berbasis CDMA. Kartu PCMCIA CDMA untuk akses internet dengan notebook atau laptop hanya satu dua merek saja yang masuk Indonesia, itupun harganya belum semurah kartu PCMCIA WiFi dan keberadaannya di sentra-sentra ponsel atau komputer masih terbilang langka.
No comments:
Post a Comment